Kamu diam. Tatapan teduh itu terus kamu hadiahkan untukku
Memandangku dengan penuh.. ah, aku belum ingin menduga-duga
"Felan, Sampai kapan kamu mau berdiri disitu dan memandangku seperti itu?"
Aku mulai gelisah, terganggu dengan tatapanmu yang semakin jauh menelanjangiku
Kamu masih diam, berdiri terpaku di hadapanku
"Felan, aku pergi ya.. Aku ngga tau kamu mau apa dan bagaimana"
Aku melangkah mundur. satu, dua, kemudian membalikkan tubuhku
Hatiku merutuk
Sentuhan hangat menggenggam lenganku, menahan kepergianku
Aku kembali menoleh, menatap lenganku, tertaut dengan jemarimu disana
Jemarimu yang lain lembut beradu dengan daguku
Ingin waktu membeku sesaat saja, aku suka suasana manis seperti ini
"Jangan pergi" akhirnya suara lembutmu memecah keheningan
Aku kini diam, sambil coba membaca makna dari guratan garis-garis di wajahmu
Ah, terlalu rumit untuk dimaknai
"Kamu mau apa?" langsung saja kujernihkan impian muluk yang seketika terlintas di benakku, ingin kuhapus kembali, tak ingin berimaji terlalu tinggi, takut terjatuh nanti
"Franistya" Kamu mengeja namaku dengan sangat tepat. Tak banyak orang yang mampu melakukannya dengan benar
"Bolehkah aku.. Menjadi pemeran utama Pria dalam cerita masa depanmu?"
Satu detik saja, jantungku seketika terhenti, beruntung detakannya bisa kembali, meski masih tak beraturan
"Boleh aku mendapat pertanyaan yang lebih mudah untuk kucerna?"
Raut wajahmu berubah. Ujung-ujung bibirmu tertarik ke arah berlawanan
Lenganmu membelai rambutku lembut, tertawa lagi
"Aku mencintai ketulusanmu. Terima kasih karena sudah mau menunggu, cerita kita yang sempat tertunda sembilan tahun lalu itu, akan mulai kubangun kembali pondasinya. Pelan-pelan saja ya, aku tak ingin kerajaannya kembali runtuh karena tergesa-gesa membangunnya. Aku percaya kamu akan tetap setia" senyuman indah mengakhiri untaian kata yang terdengar bagai sajak terindah yang pernah kunikmati
Kamu menatapku lekat-lekat
Jemari kita masih bertautan
semakin erat kau menggenggamnya
Kehangatannya kembali membuatku tenang
Untaian kata-katamu terlalu takut kubayangkan kenyataannya
Masih terlalu sulit dijabarkan
Masih belum berani menduga-duga
Namun kamu kembali bersuara, kalimat terakhir untuk pertemuan hari ini
"Franistya, aku ingin menjadi masa depanmu..."
Aku tersenyum, hanya mampu mengucap satu kalimat
"Terima kasih. Wujudkanlah apa yang kau ingini, Aku menunggu.."
Layar kehidupan turun perlahan menutupi kami.
Ia berhasil menghilangkan gambaran buruk tentang masa lalu
Tirainya panjang, indah, menggelayut manja di bawah langit yang bersemburat jingga
Aku dan kamu berdiri, saling berhadapan dengan jemari yang tak berhenti bertaut
Kami akan memulai cerita itu, kembali
Perlahan namun didasari oleh keyakinan yang pasti
Bukan lagi sebuah elegi
Franistya, yang selalu menuggumu lekas merampungkan kerajaan kita :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar