Jumat, 21 Oktober 2011

Pada sebatang Pohon


Kamu tergugu di pelataran pertokoan, bahumu bergerak naik turun, wajahmu kau sembunyikan dibalik lipatan lengan yang mewadahi air matamu.
Sudah 60 menit kau masih enggan beranjak dari tempatmu, tangismu pun tak kunjung usai.

Gemuruh terdengar dari lapisan langit di atas sana, awan yang berarak di tengah malam itu semakin membawa nuansa keabuan dalam hatimu.

Jika bisa meminta, aku yakin kau ingin sekali berlari dari kegelapan yang melingkupimu
Berlari dari perihnya kenyataan yang menyelimutimu

Tangisanmu bukan berakar dari jiwa yang tersakiti, bukan pula karena kehilangan kekasih atau sekedar teman bersenda gurau
Tangisanmu lebih pilu dari itu, tampak tergambar jelas berasal dari lubuk hatimu
Kepedihan teramat dalam tergambar disana,
di atas wajah kusam yang kini menatap kosong ke gelapnya malam.
Sisa air mata masih belum sempurna terhapus dari wajahmu.
Terlalu lemah untuk berdiri, kecemasan mendominasi guratan wajahmu.

Kaki kecil berdebu tanpa alas kaki itu terus saja kau pandangi, entah apa yang kamu cari disana.
Kesedihan apa yang mampu membuatmu begitu pilu?

Jika mampu, aku ingin merengkuhmu, menghadiahi sebuah pelukan hangat layaknya manusia,
namun batangku terlalu kokoh untuk bisa membuatmu nyaman berada di pelukanku,
aku hanya memiliki helai-helai yang rimbun untuk sesekali menjagamu dari terik mentari..

Langit kembali bergemuruh, sebentar lagi hujan.
Pulanglah, Ibumu pasti mencemaskanmu..

Perlahan kau akhirnya bangkit juga, terseok-seok, limbung menata langkahmu sendiri, menghampiriku.
Bola mata basahmu nanar menatapku lekat.. Ah, bola matamu indah.. aku suka
"Aku belum bisa pulang, belum mampu membawa sebungkus nasi untuk Ibu"
kemudian kamu duduk bersimpuh dan melanjutkan tangismu, tampak tak mampu lagi berdiri karena aku tahu benar, sudah dua hari ini tak ada sesuap nasi pun yang masuk ke mulutmu..
Lambungmu pasti perih, seperih isak yang akan terus menemani malam kita kini...

Bahkan kamu pun tak mampu lagi mengadu, selain padaku.
Terlalu perih untuk anak laki-laki seusiamu,
belum pantas menanggung beban itu sendirian,
kamu butuh seseorang, manusia, bukan aku
kamu layak mendapat kebahagiaan, selayaknya teman-teman seusiamu

Semoga malam ini, helaianku dapat sedikit menghangatkanmu,
dan esok kehidupan akan menjadi lebih baik..
Selamat malam pussy :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar