Sabtu, 25 November 2017

Cerita Lahiran Anak Pertama

Sudah lama sekali tidak menulis di blog ini :)

Kali ini saya mau sharing tentang cerita kelahiran putra pertama kami, Khawarizmi Jantaamir Tafiandi yang lahir pada hari Senin, 13 November 2017 Pukul 05.48 Pagi. Berat badannya 3,3 kg dan tingginya 50,5 cm.

Kelahiran anak kami ini merupakan hal yang sangat ditunggu-tunggu, karena selain kami harus menunggu kurang lebih 2 tahun sejak pernikahan kami di tahun 2015, si bayi sholeh ini juga cukup betah di dalam rahimku. Dia lahir di usia kandungan 40 minggu lebih 1 hari :)

Saya sudah mulai cuti di usia kandungan 39 Minggu. Tadinya mau dipasin 40 minggu tapi khawatir bakal nyusahin temen2 kantor kalo tiba2 saya mules di kantor yang di daerah Tebet dan harus nemenin saya yang memang berencana lahiran di Citayem :D

Semua orang bertanya, "Ngapain sih lahiran aja jauh2 ke Citayem?" Pertanyaan itu diutarakan oleh hampir semua orang termasuk orang tua kami sendiri. Saya cuma menjawab "Karena aku nyaman disana. Bidannya baik :)"

Pertama kali saya mengetahui Bidan kesayanganku (dan kesayangan semua ibu2 hamil :D) ini adalah dari salah seorang teman kerjaku yang sudah lebih dulu melahirkan disana. Bahkan dia memberitahu perihal bidan ini dari semenjak aku belum hamil :D

Alhamdulillah mungkin itu salah satu bentuk doa darinya. Jadilah saat pertama kali saya terlambat haid dan mencoba untuk melakukan uji kehamilan menggunakan test pack, orang pertama yang saya hubungi adalah Bidan Erie. Nama lengkapnya Erie Tiawaningrum atau lebih dikenal dengan Erie Marjoko (ig: eriemarjoko).
Kala itu, saya menghubungi beliau via whatsapp untuk meyakinkan perihal kehamilan saya dan yang membuat saya langsung jatuh hati pada beliau adalah beliau menjawab wa saya langsung dengan kalimat yang penuh kasih dan perhatian padahal jelas2 beliau belum kenal dengan saya dan saya belum jadi pasiennya saat itu.

Cerita tentang proses kehamilan ini akan saya tulis terpisah supaya lebih puas ceritanya :)

Kembali ke #ceritalahiran saya, saya menunggu mulai hari senin-kamis, tidak ada sama sekali tanda2 saya akan melahirkan. Setiap hari di sujud dalam shalat saya berdoa pada Allah untuk membantu memberikan kekuatan dan kelancaran dalam proses persalinan saya kelak. Saya berdoa semoga Allah menganugerahkan kepada saya kelahiran yang nyaman, aman dan keselamatan bagi saya dan bayi saya.
Saya sudah mulai melakukan induksi alami yang disarankan Bude Erie. Banyakin yoga dan jalan pagi, makan Kambing, makan nanas, berhubungan dengan suami, pijat endorphin & oxytocin. Ternyata induksi alami itu enak yah <3

Singkat cerita, Jumat 10 Nov 2017.
Jam 12 malam saya mulai merasa sedikit mules seperti mau menstruasi. Jam 2 pagi ke toilet mau pipis dan ternyata sudah flek. Langsung senyum dan bersyukur sama Allah. Berfikir bahwa inilah hari besar yang ditunggu2.
Jam 10 pagi berangkat ke bidan karena flek tambah banyak walau belum mules.
Sampe klinik ditunggu kontraksinya masih jarang. Kadang 15 menit kadang 30 menit kadang hilang, pas dicek sama mba simsim (salah satu tim bidan Bude Erie) baru bukaan 'seujung' 😁 jadilah disuruh pulang lagi. Saya pun mengajak suami untuk jalan2 ke Mall 😁

Sabtu, 11 Nov 2017
Pagi sampai sore ngga ada kontraksi sama sekali. Baru mulai sekitar habis maghrib, sudah mulai 15 menit sekali. Sempet kefikiran buat ke klinik malam itu juga tapi suami dan mba sim2 bilang kalau masih bisa istirahat di rumah, istirahat aja dulu. Akhirnya malam itu Alhamdulillah masih bisa tidur di rumah walau harus bangun 15 menit sekali.

Minggu, 12 Nov 2017
Hari ini tepat HPL adik bayi dan memang jadwal yoga. Mulai yoga jam 9 pagi. Alhamdulillah masih bisa ikut yoga sampai selesai (yang ternyata prenatal yoga terakhir di kehamilanku ini huhu sedih 😭) dan setelah yoga dicek oleh Bude Erie sudah pembukaan 1 hadap atas. Sudah bagus kata beliau, kalau mau stay di klinik boleh tapi kalau masih mau pulang juga boleh. Sambil menunggu dijemput suami yang saat itu sedang mengantar Ibu mertua, saya diaccupressure oleh mba Ririn. Enak banget rasanya. Nyamaaan banget sampai aku ngantuk dan hampir ketiduran :D.
Setelah suami datang, Bude Erie bilang ke suami kalau hati2 naik motornya karena aku sudah bukaan 1. Suami sempet nawarin apa mau stay di klinik aja dan dia yg ambil tas perlengkapan persalinan aku dan adik bayi. Tapi Aku mutusin pulang untuk mandi dulu karena mau menyambut tamu besar 😇
Setelah mandi aku paksain tidur walau harus kebangun tiap kontraksi datang.
Jam 8 malam kontraksi sudah 511 akhirnya aku ajak suami berangkat ke klinik. Waktu tempuh dari tanah baru - citayam yg biasanya cuma butuh waktu 40 menit jadi butuh 2 jam karena sepanjang jalan tiap kontraksi aku minta suami jalan pelan2. Ohiya, kita naik motor loh! 😁
Jam 10 malam sampai di klinik dicek mba novi ternyata udah bukaan 2 mau ke 3. Aku masih bisa makan malam sambil main gymball sambil nikmatin gelombang cinta dan ngga lupa untuk terus nafas ujjayi.

Senin, 13 Nov 2017
Jam 2 pagi mulai ngerasa kaya ada yg dorong dari dalem. Aku jaga komunikasi terus ke debayi kalau nanti sudah waktunya mengejan, Ibu minta tolong debayi bantu dorong dari dalem. Bolak balik ke toilet buat pipis, tiba2 aku muntah. Semua makan malemku keluar. Aku sempet muntah 2x sampai semua isi perut keluar. Aku sempet minta maaf ke Mba Novi karena kena muntahan aku. Tapi Mba Novi dengan lembut bilang "Gpp, justru muntah itu bagus lho buat nambah bukaan. Adik bayinya lagi bantu dorong dari dalem tuh" dan akupun langsung tenang mendengarnya :)

Semakin kesini, sensasi ingin mengejan semakin kuat. Aku minta tolong suami untuk memanggilkan Mba Novi dan ternyata saat itu Mba Ririn juga datang. Sekitar jam 4 Pagi Mba Ririn izin untuk mengecek, sudah bukaan berapa. Dan mba Ririn bilang sudah bukaan 6 hampir 7 tapi mulut rahim sebelah kanannnya masih agak tebal. Mungkin karena sejak tadi aku menghadap ke kiri terus. Akhirnya aku tiduran menghadap ke kanan menggunakan peanut ball.
Aku terus bertanya ke Mba Ririn "Aku udah boleh ngeden belum?" dan mba Ririn serta mba Novi ngga berhenti mengelus bokong aku.
Tak lama kemudian, Bude Erie dan Bude Icha datang. Bude Erie mematikan lampu kamar kemudian tiba2 sensasi ingin mengejan yang sangat kuat muncul. Kehadiran Bude Erie seperri membangkitkan penuh semua hormon oxytocin dalam tubuhku.
Aku langsung bilang "Aku mau ngeden yaa" dan semua tim Bidan langsung siap di posisi masing2. Tanpa intervensi, mereka membiarkan tubuhku memilih sendiri posisi apa yang ingin aku dan bayiku pilih dan ternyata posisi konvensional (berbaring) lah yang aku pilih. Aku lupa berapa kali mengejan. Yang jelas saat mulai mengejan, Bude bilang kalau selaput ketubanku masih utuh. Aku diminta untuk merabanya, dan itu membuatku sangat bersemangat. Aku bicara pada debayi untuk semangat dan terus bantu Ibu untuk mendorong dari dalam.
Selanjutnya saat Bude bilang sudah mulai crowning, aku semakin bersemangat lagi. Aku yakini diriku bahwa sebentar lagi aku akan bertemu adik bayi. Anak dalam kandungan yang sejak awal persalinan selalu aku ajak komunikasi dan aku minta untuk bekerja sama ini benar2 menunjukkan kerjasamanya.
Ia terus membantu mendorong dari dalam sehingga proses mengejanku terasa sangaat mudah. Aku sama sekali tidak merasa kelelahan walaupun sudah begadang selama 2 hari berturut2. Benar2 semua karena kebesaran Allah o:)

Alhamdulillahirobbil'alamin. Putra pertama kami ini lahir tepat pukul 05.48. Ia lahir dengan selaput ketuban yang baru pecah saat panggulnya keluar. Warna air ketubannya hijau muda. Bude bilang anakku pintar karena dia memilih lahir hari itu, pas sekali sebelum warna air ketubannya menjadi keruh. Ia juga terlahir dengan 1 lilitan tali pusar. Bude selalu bilang kalau bayi terlilit tali pusar itu tandanya bagus, karena tali pusarnya berarti panjang dan itu artinya sehat :)
Ah, bude memang selalu membuat kami para Ibu hamil untuk berfikiran positif karena Allah :')

Bahkan pasien bude yang beberapa minggu lalu melahirkan, anaknya terlilit 4x lilitan tali pusar dan Alhamdulillah tetap lahir dengan nyaman dan bahagia :)

Setelah keluar dari dalam perutku, anakku langsung ditaruh di dadaku untuk melakukan kontak skin to skin denganku. Aku ingat kata dokter laktasiku kala itu, yang terpenting dalam IMD adalah kontak antara Ibu dengan anak. Tak masalah jika asi belum keluar. Aku jadi berfikiran positif dan lebih tenang. Tidak berfokus pada asi yang keluar atau tidak. Aku menikmati pelukanku dengan anakku. Dan ternyata saat dibantu dipencet2 oleh mba Novi, kolostrumku keluar agak banyak dan aku langsung membantu mengarahkan puting susuku ke mulut anakku agar ia bisa menikmati kolostrum pertamanya :)
Kurang lebih 2 jam anakku berada di atas dadaku baru kemudian ia dibantu dibersihkan oleh Mba Novi.
Ohiya, selama IMD itu perineumku dijahit hihi. Ini pasti karena aku lupa mensugestikan diri bahwa perineumku utuh selama proses persalinan. Dan aku juga alpa dalam melakukan pijat perineum. Jadi ini murni salahku sendiri hihihi. Tapi tidak apa, Alhamdulillah Allah mengabulkan doaku untuk dapat melakukan persalinan dengan aman, nyaman, mudah dan minim sekali trauma.
Banyak orang bilang saat dijahit itu rasanya sakit sekali tapi bagiku tidak. Mungkin karena hormon oxytocin yang dibangkitkan oleh anakku dalam pelukanku yang membuat rasa sakitnya pergi jauh :)
Saat lahiran plasenta juga ia keluar dengan sangat mudah dan aku diminta untuk hanya bernafas dan tidak mengejan.
Aku juga pernah dengar kalau ada tangan nakes yang masuk ke rahim kita untuk membersihkan rahim kita pasca persalinan dan Alhamdulillah hal itu tidak terjadi di klinik Bidan Erie ini.
Semuanya benar2 berjalan nyaman dan tenang. Tanpa intervensi apapun.

Aku melakukan DCC (Delay Cord Clamping) pada bayiku. Dengan tujuan menghargai kakak plasenta yang telah menemani adik bayi selama di dalam rahim. Dan ia pula yang telah menyalurkan sumber makanan, udara dan sumber kehidupan ke adik bayi. Mungkin bagi sebagian orang terdengar tabu tapi aku dan suami sudah sepakat bahwa kami akan tunda untuk memutus tali pusarnya setidaknya sampai kami pulang (24 Jam pasca persalinan). Aku percaya berkat penundaan pemutusan plasenta dan tali pusar ini pula lah yang membuat anakku menjadi anak yang lebih tenang dan sangat pengertian meski ia baru saja lahir ke dunia :)

Aku pulang keesokan harinya dan sebelum meninggalkan kamar tempat persalinanku itu, aku bicara pada diriku sendiri sembari tersenyum mantap "Sampai jumpa di anak ke-2 dan selanjutnya" :)

Alhamdulillah persalinanku benar2 minim trauma. :)