Senin, 12 Maret 2018

Flat Nipple. What to do?

Kali ini aku akan membahas tentang drama awal menyusui seorang Ibu baru yang memiliki flat nipple (puting datar) sepertiku.


Saat IMD, ASIku sama sekali belum keluar. Tapi aku sama sekali tidak khawatir karena aku sudah mendapatkan pengetahuan sebelumnya dari dokter laktasiku bahwa dalam proses IMD yang terpenting adalah kontak langsung antara Ibu dan Anak. Kontak langsung antara kulit Ibu dan anak ini lah yang akan memicu hormon oxytocin dan prolaktin bekerja sama untuk memproduksi ASI. Padahal selama ini yang ada di fikiranku, IMD adalah proses dimana bayi akan menyusu langsung pada payudara Ibu.

Ya, dulu aku fikir menyusui akan semudah itu. Semudah yang sering aku lihat selama ini dimana ketika si bayi haus dan meminta susu Ibu, Ibu hanya tinggal membuka bra nya kemudian 'lepp...' bayipun akan menyusu dengan indahnya.

Lagi-lagi fikiranku salah besar. Menjadi Ibu benar-benar harus memiliki bekal pengetahuan yang matang. Benar-benar harus rajin membaca dan sharing dengan Ibu-ibu senior lainnya. Menjadi Ibu memang bukan hal yang mudah, namun ketika kita sudah bisa membekali diri kita dengan ilmu yang banyak, insya Allah semua akan jadi lebih mudah. Seperti yang selalu disampaikan Bidan Yessie @bidankita yaitu "Knowledge is Power". Aku sangat setuju dengan kalimat yang selalu beliau sampaikan ini. Bahwa seorang Ibu yang haus akan ilmu dan selalu ingin belajar akan menjalani perjalanan menjadi Ibu dengan lebih mudah.

Saat proses IMD itu, bidan (mba novi) mengajariku bagaimana caranya mengarahkan putingku ke mulut bayiku. Kala itu aku mengeluhkan putingku yang datar yang membuat aku kesulitan untuk menyusu. Tapi, walaupun aku tidak tahu saat itu bayiku bisa meminum ASI dari payudaraku atau tidak, karena setiap kali disusui, mulutnya selalu lepas dan kemudian ia menangis. Walaupun begitu, aku selalu menanamkan sugesti dalam diriku bahwa ASIku cukup untuk bayiku. 

Hingga sampai pada hari ketiga pasca persalinan, aku merasakan payudaraku amat penuh, keras dan rasanya hampir mau meledak. Belakangan aku baru tahu kalau hal tersebut dinamakan "Clogged Duct". Aku sangat kalut saat itu, benar-benar tidak tahu apa yang harus dilakukan. Payudaraku penuh tapi aku belum bisa menyusui dengan baik. Badanku meriang panas dingin, bayiku belum bisa menyusu dengan baik karena aku belum bisa melakukan pelekatan yang baik, akhirnya aku berfikir untuk memompa ASIku supaya bisa mengurangi rasa sakit dan penuh dalam payudaraku.

Kala itu aku sama sekali tidak paham cara memakai breastpump. Aku coba pakai pompa manual, hanya menghasilkan embun dalam botol. Kemudian aku mencoba memakai pompa elektrik. Berhasil! mulai menetes setetes demi setetes. Walaupun dalam 10 kali tarikan pompa elektrik, hanya 1 tetes yang keluar. Kemudian dengan polosnya, suamiku bilang "Mungkin perlu ditambah kecepatannya yang?"
Oke, karena aku sudah tidak tahu harus bagaimana, aku menuruti suamiku untuk menambahkan kecepatan daya hisap breastpump ku sampai ke LEVEL 7! (Belakangan aku baru tahu bahwa ternyata cukup sampai Level 2 saja untuk mengeluarkan ASIku) ^.^
Ohiya, aku memakai breastpump merk Unimom Allegro.

Alhasil, saat memompa dengan daya hisap level 7, bukan ASI yang keluar, justru darah segar. Iya, darah segar mengalir dari dalam payudaraku sehingga warna ASI yang ada dalam botol pompaku berubah warna menjadi pink :D

Apakah masalah selesai setelah aku berhasil memompa ASIku? Jawabannya adalah, TIDAK :D
Masih begitu banyak drama yang harus dilalui seorang Ibu baru dalam perjuangannya menyusui anaknya.

Khusus dalam kasusku, hal yang paling menyulitkan adalah bentuk putingku yang datar ini. Karena setiap kali anakku mulai menyusu, putingnya akan terlepas kemudian dia menangis yang membuatku justru lebih panik.

Jadi, apa saja yang sudah aku lakukan dalam melalui drama flatnipple ini?

Beberapa hari pertama, anakku menyusu melalui dot di malam hari dan aku tetap coba menyusui langsung dengan payudara di siang harinya. Aku melakukan ini berdasarkan pertimbangan bahwa di malam hari tubuhku yang masih dalam pemulihan pasca persalinan ini tidak bisa diforsir untuk 'berperang' dengan perjuangan menyusui.

Saat kontrol 1 bulan pasca persalinan, berat badan bayiku hanya naik 400 gram. Padahal kenaikan berat minimum untuk bayi usia 1 bulan adalah 800gram. Ini mungkin dikarenakan tiap kali menyusu, lebih banyak ASI yang tumpah daripada yang terminum olehnya.

Akhirnya akupun memutuskan untuk menggunakan puting sambung untuk menyusui. Apa itu puting sambung? Yaitu tiap kali mau menyusui, aku menempelkan putingku dengan dot karet. Jadi seperti 'perpanjangan' puting :D dan berhasil! bulan depannya berat badan anakku naik 700 gram di bulan ke 2

Sebagai Ibu, pasti ingin selalu memberikan yang terbaik untuk anaknya. Hal inilah yang memotivasiku untuk tetap mencoba untuk menyusui langsung walau dengan perjuangan yang teramat perih. Ya, benar-benar perih bahkan sampai lecet, berdarah kemudian korengan hahaha. Iya, putingku beberapa kali sempat luka kemudian korengan sebelum akhirnya 'terbuka' sempurna dan bisa mengalirkan air susu yang lebih lancar. 

Sebelum akhirnya aku berhasil menyusui langsung tanpa puting sambung, aku sempat terkena baby blues. Dimana saat bayiku menangis karena kehausan, aku malah meletakannya di depanku dan membiarkannya menangis. Akupun ikut menangis, meringis kesakitan karena rasanya sudah sangat perih dan tak tertahankan. Belum lagi kontraksi yang dirasakan pasca persalinan tiap kali menyusui, dimana konon katanya rahim sedang kembali ke bentuk semula sehingga semua rasa perih berkumpul menjadi 1 hahaha. Menjadi Ibu memang luar biasa yaa :')

Disinilah pentingnya hypnobreastfeeding seperti yang sudah aku tulis sebelumnya disini
Kita harus terus menanamkan afirmasi-afirmasi positif pada diri kita selama proses menyusui ini.

Berikut ini afirmasi positif yang aku gunakan untuk melawan drama flat nipple ini :
  • Ibu lain bisa menyusui dan memompa ASI nya dengan baik, kenapa aku tidak?
  • Menyusui adalah ibadah. Jelas tertulis di Al-Quran di surat Al-Baqarah ayat 233 yang artinya "Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan..."
  • Allah menciptakan payudara di tubuh wanita adalah dengan tujuan yang sangat mulia yaitu 'menyusui'
  • Pelekatan yang sempurna adalah mulut bayi menutup seluruh area areola, bukan hanya di puting saja. Jadi bagaimanapun bentuk putingmu, harusnya tidak akan jadi masalah
  • ASIku cukup untuk anakku sampai 2 tahun
  • Anakku pintar dan bisa menyusu dengan baik


Dan berbagai afirmasi lain yang selalu aku ucapkan selama proses menyusui disertai doa bahwa semua rasa sakit dan lelah ini dapat menggugurkan dosa-dosaku di masa lalu. AAMIIN

Dan... Finally...
Berhasil! di bulan ke-tiga, berat badan anakku naik 1200 gram. Yeayyy!! Ibu soo happy ^^

Jadi untuk semua Ibu yang sedang berjuang menyusui dengan berbagai macam tantangan, tetap semangat! Semua pasti berlalu. Jadikan anak kita sebagai motivasi terbesar kita untuk terus keras kepala menyusui. Selamat berjuang sampai 2 tahun ke depan! ^^

4 komentar:

  1. Inspiratif! Perjuangan seorang Ibu yang tak kenal menyerah. Selalu usahakan yg terbaik untuk anak. Kisah yang menarik. Terima kasih sudah berbagi pengalaman komplit dengan pengetahuan melalui artikel ini. Semoga makin banyak Ibu yang ter-inspirasi untuk terus menularkan semangatnya! :-) Salam dari calon Ibu di masa mendatang (Amin).
    -Gie

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih sudah membaca tulisanku. Semoga bermanfaat dan kamu juga segera menyusul jadi istri dan ibu yaa ❤

      Hapus
  2. kirain menyusui mudah ya. Ternyata... hehehehe. Selamat menikmati perjalanan menjadi seorang ibu ya, Ms. Defi. Semoga aku bisa cepet nyusul kamu :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ternyata oh ternyataa hahaha..
      Terima kasih ms dew sudah baca tulisan2ku.. Aamiin. Segera menyusul ya 😘

      Hapus