Mendengar istilah hypnobirthing atau hypnoparenting rasanya sudah cukup familiar ya?
Tapi untuk hypnobreastfeeding terdengar masih jarang diperbincangkan (atau saya yang kurang update?) :D
Saya menulis ini untuk para ibu dan calon ibu yang sedang dan akan segera hamil (Aamiin)
Dulu saya berfikir kalau perjuangan seorang Ibu yang paling besar adalah masa-masa mengandung dan puncaknya akan ada di momen persalinan.
Dulu saya berfikir setelah melahirkan, perjuangan itu akan selesai.
Ternyata saya salah besar.
Menjadi seorang Ibu benar-benar bukan hal yang mudah.
Naluri untuk menjadi seorang Ibu secara alami mungkin sudah Tuhan sematkan di semua wanita. Namun bagaimana untuk menjadi Ibu yang tetap 'waras' benar-benar harus diperjuangkan.
Saat hamil, saya beruntung dikelilingi oleh orang-orang yang positif sehingga saya berhasil melalui proses kehamilan dan persalinan saya dengan bahagia. Tentu saja semua karena bekal pengetahuan yang saya dapat dari orang-orang hebat penggiat gentle birth dan hypnobirthing. Bahwa gambaran hamil dan melahirkan yang seringkali tampak 'menyeramkan' selama ini sudah saya buktikan sendiri bahwa kenyataannya sangat jauh berbeda. Bahwa hamil dan melahirkan adalah anugerah Tuhan yang sangat luar biasa yang semestinya dinikmati dengan bahagia, bukan dengan penuh rasa takut dan cemas karena gambaran negatif yang tercipta selama ini.
Back to the main topic.
Mengapa saya ingin menulis tentang hypnobreastfeeding? Karena saya berharap para Ibu dan calon Ibu lain tahu bahwa mereka tidak sendirian dalam menjadi #pejuangasi
Selama hamil saya hanya 1x melakukan konsultasi dengan dokter laktasi. Tapi itu sangat membantu saya untuk jadi bekal awal saya dalam perjuangan menyusui anak saya.
Kalau tidak salah saya mendatangi klinik laktasi saat usia kandungan 28 minggu.
Kala itu saya menemui dr. Maharani Bayu di RS. Aulia.
Hal yang paling saya ingat dari penjelasan dr. Rani dan kemudian saya tanamkan baik2 dalam fikiran saya diantaranya adalah :
1. Yang bisa membuat produksi ASI maksimal adalah skin to skin. Jadi lakukan kontak skin to skin sesering mungkin dengan bayimu. Saat IMD yang terpenting juga skin to skin, bukan masalah asi keluar atau belum. Jadi jika saat IMD asimu belum keluar, jangan bersedih. Kamu ngga sendirian! I feel you 😙
2. Asi sudah mulai diproduksi di dalam tubuh Ibu sejak 20 minggu usia kehamilan namun belum bisa keluar karena ditahan oleh hormon kehamilan. Kelak sesaat setelah plasenta keluar dari tubuh Ibu, hormon kehamilan juga akan berkurang sehingga mengizinkan asi untuk keluar. Hormon kehamilan tersebut masih akan bersisa di pembuluh darah Ibu dan akan bersih sempurna 50 jam pasca lahir. Dan bayipun masih punya cadangan lemak selama 3 hari (72 jam) pasca ia lahir.
Jadi jika orang-orang di sekitar menakut2imu dengan bilang "Wah..anaknya nangis terus.. Haus tuh.. Asimu kan belum keluar, kasih minum susu formula aja dulu"
Ngga usah didengerin Bu.. Anggap angin lalu saja.
3. Jika asimu belum keluar, selama 3 hari pertama itu, berjuanglah semaksimal mungkin. Lakukan kontak skin to skin tiap 2 jam sekali. Literally 2 jam sekali. 12 kali dalam sehari. Siang dan malam. Walaupun anak tertidur, tetap angkat dan tempelkan tubuhnya ke dadamu. Agar terjadi kontak skin to skin. Berusahalah untuk melakukan pelekatan yang benar. Percayalah asimu akan keluar.
Nah, disini peran hypnobreastfeeding sangat penting. Terus lakukan afirmasi positif bahwa asimu akan keluar. Bayimu akan menyusu dengan pelekatan yang baik. Dan berbagai afirmasi positif lainnya yang kamu butuhkan. Terus ulang-ulang kalimat itu dalam otakmu.
Masa awal menyusui benar-benar bukan masa yang mudah. Tapi yakini dirimu bahwa kamu bisa. Bahwa Tuhan telah menciptakan payudara di tubuh wanita untuk tujuan yang sangat mulia yaitu "menyusui".
Badan meriang panas dingin, puting lecet, berdarah, lelah, pemulihan pasca lahiran benar-benar akan menjadi teman setia di awal masa menyusui. Tapi yang ada di fikiran saya saat itu hanyalah "Ibu lain bisa melewati ini semua, kenapa saya tidak?"
Saya dianugerahi oleh Tuhan #flatnipple sehingga menambah drama awal menyusui. Tapi saya ingin Ibu-ibu lain diluar sana tahu bahwa flat nipple sama sekali bukan kendala. Karena pelekatan yang benar adalah bayi menyusu per areola, bukan hanya di puting saja. Jadi jika kamu punya flat nipple, jangan sedih! Kamu ngga sendirian! Di awal mungkin tidak mudah tapi bukan alasan untuk menyerah.
Di postingan selanjutnya saya akan sharing bagaimana saya bisa melewati drama flat nipple hingga sekarang bisa menyusui dengan lebih baik.
Jadi, suntikkan terus afirmasi positif bahwa asimu cukup untuk bayimu. Kamu bisa menyusui dengan baik dan Bayimu bisa menyusu dengan baik pula.
Tetap semangat para pejuang ASI. Ingat, kamu tidak sendirian! 😇
Tidak ada komentar:
Posting Komentar