Selasa, 29 Mei 2012

Menentukan Arah


Aku kehabisan kata untuk mampu berujar rasaku padamu
Apa yang kusimpan rapat-rapat dalam dada ini seakan tak mampu lagi kubendung
Hampir meledak, pecah di hadapanmu
Namun masih tetap kutahan
Aku belum mampu melihat semua yang telah kau bangun dengan susah payah, akhirnya hancur berantakan kembali

Jalannya sudah terlampau jauh berbeda,
dan rasanya untuk kembali adalah sebuah kebodohan..

Namun saat ini aku belum mampu melangkah jauh ke depan
Masih singgah sesaat dihatimu, berteduh ditengah kejamnya sengatan sinar mentari yang entah mengapa terasa terlampau menyilaukan..

Aku enggan terjatuh di lubang yang sama
juga enggan menapaki jalan yang serupa yang aku tahu benar takkan ada keindahan di akhirnya


Aku mencoba menapaki cabang indah di hadapanku
Bayanganmu masih terhalang kabut keraguan
Namun jemari tanganmu terbuka, melambai menanti tautan jemariku
Aku masih terpaku, berkeras mencoba memaksa kakiku untuk mampu melangkah ke arahmu

Beku..

Sulit sekali untuk melangkah,
Bahkan senyuman teduhmu pun belum mampu buatku bergerak ke arahmu

Bola mataku menyusuri lekuk wajahmu, dihiasi senyuman indah dan tatapan teduh yang memanjakan
Pita suaramu bergetar menghasilkan irama merdu seraya mengeja namaku perlahan

Aku masih ragu untuk melangkah..

Sampai kapan kau akan bertahan disana menantiku?

Sebelah hatiku belum bersih benar dari gambaran buruk masa lalu,
Meski entah mengapa aku yakin benar kamu berbeda..

Awal yang indah, dengan niat yang baik kupercayai juga akan berjalan dengan baik

Toh kita bak dipertemukan oleh waktu,
cinta yang mencari jalannya sendiri
dan disana, kita bertemu
gurauanmu menggodaku, membuatku sulit untuk berkata "tidak"
tersipu malu kuanggukan kepalaku, dan ya.. kita pun memutuskan untuk bersama...

Setelah itu semua berjalan mengalir seperti aliran sungai di kaki gunung
jernih, indah, tak ternodai dengan niatan buruk, tanpa merebut kebahagiaan siapapun
Kita bahagia, karena takdir yang mempertemukan kita

Dan disaat kebahagiaan itu mulai merayapi sendi-sendi kehidupanku,
sesuatu dari bayangan hitam masa lalu kembali memecah fikiranku

Kali ini Tuhan benar-benar memintaku untuk membuat keputusan bijak..
Janji dan untaian kata-kataku Ia minta untuk buktikan

Bermain dengan api kadang menyenangkan
Namun aku pun harus tahu kapan harus berhenti

Aku membiarkan bayangan hitam masa lalu yang terus mengetuk hatiku itu berlalu
Ini hanya masalah waktu, dan aku hanya akan diam
Membuktikan kata dan janjiku pada sang waktu
Bayangan hitam itu kelak akan kelelahan mengganggu kehidupanku
Ia akan sadar bahwa aku sudah terlalu jauh berjalan mengambil arah yang berbeda dengannya
Ia akan berhenti dengan sendirinya, aku percaya itu..

Takkan kubiarkan kamu menunggu lama, kini kupaksa langkahku yang masih kaku bergerak perlahan ke arahmu
Kuayunkan langkah-langkah kecilku yang masih tertahan
Senyuman hangat dan lambaian tanganmu seolah menguatkanku

Satu..
Dua..
Tiga...

Kian dekat, dan ya.. aku berhasil meraih jemarimu ....

Kini aku menggenggamnya erat, dan dengan penuh cinta kau mengusap lembut rambutku yang berbalut hijab
"Melangkah lah bersamaku, menuju masa depan kita"
Kau tersenyum sambil menatap mataku
Aku hanya mampu tersipu sambil mengangguk lembut

Kini langkahku pasti, tak lagi lemah dan tanpa arah
Karena kini kamu telah hadir menemani langkahku, menguatkanku dengan genggaman hangat jemarimu...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar