Jika harus selalu ada pengharapan dalam sebuah kehidupan,
maka aku memilih bahwa harapan itu adalah ... kamu
Kusebut ini harapan sendu, bukan sekadar harapan semu
Diandra Aditya.
Nama itu terpatri begitu indah diukir diatas lembar undangan pernikahan
Yang lebih menggetarkan hati adalah, di bawah nama itu, tertulis pula namamu,
Rangga Friandika
Masih menerawang fikiran ini terbang entah kemana,
belum mampu mengamini bahwa ini nyata.
Apa yang aku lihat dihadapanku saat ini adalah nyata
Dulu sekali, kamu hanyalah angan yang tak berani aku torehkan kenyataannya
hingga kemudian kesempurnaan cinta menunjukkan jalannya
jalan dimana kamu dan aku kembali menitinya perlahan
Tak pernah yakin kemana jalan ini akan berujung
Namun dengan jemari kita yang senantiasa bertaut,
seakan ada segumpal kekuatan yang membuncah dalam degupan jantung
seperti yakin benar bahwa apapun akhir dari jalan ini, tak mengapa asal kamu ada di sisiku
Rangga Friandika, calon suamiku..
Ah, gemetar hatiku menyapamu dengan sebutan seindah itu
Jalan yang pernah kita lalui bersama tak sepenuhnya mulus,
tidak benar-benar bersih dari kerikil tajam yang menggoreskan kesakitan
Namun kamu tetap setia, membantuku mengusap peluh, bahkan aliran darah yang kadang tertumpah ketika melawan perih ini..
Dan dibalik semua perih yang kurasakan, aku kembali tersenyum, menyadari kamu tak pernah pergi dari sisiku, bahkan untuk satu detik sekalipun
Bukan keutuhan raga yang kupinta, namun cintamu melebihi nyata,
tak pernah jemu menenangkan hati yang gulana
Rangga Friandika,
dahulu kamu hanya harapan dalam tiap-tiap mimpiku
bayangan indah yang tak pernah mampu aku hindari dalam tiap mimpi indahku
namun ketika aku percaya bahwa takkan ada sesuatu hal pun yang sia-sia,
maka aku terus berharap, setiap hari, setiap waktu
hari demi hari harapan itu kutanam dengan pupuk kesabaran
kusirami dengan aliran cinta kasih
dan pada saatnya, bunganya membuncah begitu indah
dan aku tengah menikmatinya kini
Kebahagiaanku sungguh tak benar-benar mampu aku goreskan rupanya
hanya aku dan kamu yang paling mampu memahaminya
kini mimpi-mimpi panjang yang menaungi tiap-tiap malamku perlahan demi perlahan mengukirkan nyatanya dalam kehidupan kita
ini bukan lagi mimpi, ini nyata
kamu dan aku
Sampai jumpa tiga hari lagi
di pelaminan impian kita
dimana kesempurnaan cinta kasih itu akan bersanding dengan anggun jelita
melukiskan kebahagiaan yang telah lama tertahan dalam hati masing-masing
aku mengharapkanmu, dan aku mendapat lebih dari itu
bukan hanya cinta semu yang menguap dalam udara hampa
namun nyata cinta yang bernaung dibawah lembayung kesetiaan cinta kasih
keabadian cinta dalam bingkai syurga duniawi bertajuk pernikahan
diakhir percakapan kita malam tadi, kamu berujar
"Cepat kembali.. Sampai bertemu tiga hari lagi.. Aku menunggumu di Jakarta kita"
Selamat malam Rangga Friandika,
Aku mencintaimu, sungguh
yang mencintaimu,
Diandra Aditya - wanita yang kau sapa dengan sebutan manis "calon istriku"