Kamis, 19 Desember 2013

Bodoh, Apatis, Tak Tahu Diri

Aku bisa menerima lelaki jenis apapun

Cuek

Playboy

Pencemburu

Bahkan peselingkuh

Tapi tidak dengan laki-laki yang berteriak di depan wajahku
Laki-laki yang memakiku dengan kata-kata kasar
Laki-laki yang mencengkram lenganku dengan segala amarah

Rasanya sudah sangat lama aku tak lagi mendengar makian itu terlontar untukku
Dan malam ini harus kuterima lagi perlakuan seperti itu, kali ini darimu.
Lelaki yang hampir seluruh hidupku telah aku berikan untukmu
Sesungguhnya aku memiliki sederet daftar alasan untuk bisa saja menghapusmu dari hidupku
Namun karena satu alasan, aku enggan melakukannya, aku tetap mencintaimu. Karena aku yakin, kamu berbeda.
Dibalik segala rasa perih yang senantiasa kamu hadiahkan kepadaku, setidaknya (dulu) di mataku kamu jauh lebih baik, karena tak pernah sekalipun kamu memaki dan mengasariku secara fisik.

Meski mungkin ditinggalkan untuk wanita lain yang lebih bisa membuatmu nyaman, sesungguhnya jauh lebih mampu menyakiti batinku.

Malam ini semuanya seolah lengkap.
Aku ingin sekali berteriak dan menangis, mendapati kini kamu bukan lagi kamu yang kukenal.
Makian dan teriakan itu meluncur begitu saja dari bibir indahmu.
Aku mengerjap tak percaya.
Meyakini hatiku bahwa laki-laki yang ada dihadapanku saat itu benar kamu.

Aku ketakutan
Semua trauma buruk masa lalu seakan terhambur keluar dari kotaknya.

Aku pun berada pada titik dimana aku tak lagi yakin aku layak untuk siapapun

Karena dengan siapapun aku, pada akhirnya aku hanya akan jadi tempat pelampiasan caci maki dan teriakan kasar.

Dengan tubuh lemah, aku menyeret langkah.
Aku harus pulang dan menutup diriku lagi

Kali ini mungkin tak terkecuali untuk siapapun

Aku habis terkoyak-koyak rasa perih

Malam ini, aku akan tidur berselimut memori buruk itu
Aku memaki diriku sendiri sepanjang malam, hingga aku terlelap
Dan bangun esok pagi masih dengan doktrin yang sama
Bahwa di matamu aku hanya si bodoh yang apatis dan tak tahu diri

Bodoh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar