Jumat, 18 Februari 2011

Mengadu Pada Allah

satu minggu terakhir ini menjadi masa yang cukup sulit bagi saya. bagi orang yang tidak memahami saya lebih dalam, mungkin mereka melihat saya baik-baik saja bahkan tampak begitu bahagia.
mungkin bahagia hanya tampak dari luar. sesungguhnya satu minggu terakhir ini saya merasa begitu gundah meskipun tak pernah tahu pasti apa sebabnya.

puncaknya, siang menjelang sore hari tadi, saya menangis (satu-satunya hal yang bisa saya lakukan ketika sudah mentok)
Ya, beberapa hari terakhir ini membuat saya capek. capek dengan diri saya sendiri, yang sedikit demi sedikit seperti disadarkan oleh Allah. saya ini ternyata memiliki kepribadian yang buruk. saya meyakini hal itu setelah siang tadi akhirnya berani berbagi dengan orang terdekat saya.

percayalah, tak ada yang mau memiliki sifat yang buruk, begitupun dengan saya. namun untuk bersikap bukan seperti diri saya sendiri itu tidak mudah. bahkan sangat sulit.

saya bukan tipe orang yang mudah menjalin hubungan baik dengan hanya satu atau dua kali bertemu. wajah saya mungkin memang terkesan seram bagi orang-orang yang belum mengenal saya. namun apakah harus sembunyi dibalik wajah yang dipura-purakan manis? atau sembunyi dibalik sikap yang dibuat seolah baik? padahal hatinya sebaliknya.

saya tidak seperti itu. first impression orang-orang terhadap saya mungkin kebanyakan buruk, namun setelah mengenal saya lebih dekat, saya akan bersikap sebaik yang saya bisa.

ataukah memang orang-orang disekitar saya pun tak pernah nyaman berada di sekitar saya?

sepanjang jalan pulang tadi saya belum bisa juga mengontrol air mata saya. cengeng atau apalah namanya, namun ini memang menyakitkan menurut saya. saya belum siap berpura-pura menjadi orang lain demi mendapat citra baik di depan orang. saya justru bertanya kepada hati saya "apa segitu menyebalkannya saya ini?"

sesampainya di rumah, yang bisa saya lakukan hanya mengadu, kepada Nya - yang paling nyaman untuk diajak bercerita, menangis, mengadu keluh kesah. di atas sajadah dan balutan kain yang menutup aurat. memang hanya itu yang dapat dilakukan ketika tak ada seorang pun yang dapat mengerti kegundahan yang sedang dirasa.

sampai saat ini perasaan itu baru sedikit berkurang. belum sepenuhnya pergi.
lalu harus bersikap seperti apa untuk menghadapi dunia yang penuh dengan kepura-puraan ini?

Ya Allah, tunjukkan jalan terang Mu...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar