Langit kota Jakarta sore hari itu mulai tampak murung. Awan hitam berarak cepat menggantikan langit yang cerah. Dalam sekejap saja seluruh langit dipenuhi warna hitam. Suara gemuruh pun mulai terdengar memekakan telinga. Dibalik raut kecemasan di wajah setiap orang yang tidak menginginkan pakaian mereka basah terguyur hujan, ada satu senyum mengembang menghiasi wajah kumal seorang gadis cilik yang duduk di pinggir trotoar jalanan.
Kiara nama gadis cilik itu. Tangannya menggenggam dua buah payung besar yang warnanya tak lagi cerah. Sama seperti wajahnya yang kumal dihiasi debu jalanan yang telah nampak akrab dengan kulitnya yang merah terbakar matahari.
Butiran hujan perlahan dan kian deras menerpa wajah dan tubuh Kiara. Ia membuka payung yang ia bawa, berlari kecil menuju halte busway, menunggu penumpang yang ingin memakai jasanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar