Jumat, 18 Maret 2011

kembali

and i dont know what i want to write

menulis satu-satunya teman yang setia menghilangkan kegundahanmu.
dan mengapa kali ini lagi-lagi harus tentangnya?
kamu lelah mengamati diri terperangkap dalam lubang yang kamu buat sendiri.
kemana kamu yang dulu begitu berseri, menyambut pagi dengan senyum, tertawa lepas bersama sahabat lainnya.
apakah akan terus murung terkurung dalam kamar gelap ditemani air mata?
hatimu sendiri pun tahu itu hanyalah kebodohan.
tak akan pernah bisa menyelesaikan masalah.

Lantas apa yang kamu cari?
balasan rasa yang begitu besar ini?
kamu pun telah mendengar dari mulutnya sendiri tentang ketidakperduliannya.
ia dengan hidupnya dan akan terus mengejar impiannya.

Kamu hanya menghalangi jalannya.
Kamu terlalu takut menghadapi kenyataan
Tersirat dalam sikap dan ujarnya, ia tak lagi menginginkanmu
Mengapa kau tetap memaksanya bertahan? Sampai kapan?

Hatimu bergejolak. Ragu. Apa yang sebaiknya kamu lakukan.
Ini dan itu selalu dapat berakibat sakit nantinya.
Lagi, kamu terlalu takut menghadapi kenyataan.

Tuhan, bagaimana tidak? Untuk yang kedua kali. Kamu berjuang melewati ini.
Mengecap akibat dari perilakumu.
Namun yang kedua ini jauh lebih mengiris hati.

Kamu lupa mempersiapkan hatimu untuk kehilangannya.
Terlampau kegirangan ketika ia hadir sebagai penawar racun akan masa lalu itu.
Harusnya kamu siap untuk saat itu lagi.
Ketika apa yang kamu miliki, suatu hari nanti juga akan menjadi masa lalu.

Kenangan indah hanya akan menyiksa hati.
Ingat akan kebaikannya yang tidak manusiawi?
Ia terlalu indah untukmu.
Ini saatnya ia kelelahan menghadapimu
Tuhan menugaskannya pergi untuk membahagiaakan hidup orang yang lain lagi
Giliranmu sudah selesai
Terimalah kenyataannya

Keluarlah dari selimut kenyamanan itu.
Beranilah hadapi apa yang harus kamu hadapi saat ini
Berhenti merengek pada waktu untuk menunggumu dan terus menunggu
Ia telah lelah menunggu

Jika semua tunas yang perlahan demi perlahan kamu tanam kemudian harus tumbang disapu air bah kemarin sore, bangunlah kembali.
Tumbuhkan tunas itu lagi.
Kamu masih punya Mama yang menunggu untuk dibahagiakan.
Tentunya kamu tak pernah ingin melihatnya turut sedih saat tahu keadaanmu kini.
Berdiri DEFI, hadapi kenyataannya.
Kamu kuat. Ada Mama yang selalu menjaga di belakangmu. Tak akan pernah membiarkanmu terjatuh.
Kamu gadis yang kuat. Percayalah! :’)

2 komentar: