Oleh : Defitria Wardhani
Bola mataku tak juga lelah memperhatikan huruf demi huruf dalam setiap baris tulisan yang ada di layar laptop di hadapanku. Seperti rutinitas yang aku lakukan biasanya, aku sedang membuka sebuah blog milik seseorang. Blog yang begitu membuatku kecanduan untuk terus dan terus membacanya. Judul blognya sangat simpel, Mimpi. Ya, hanya satu kata yang si penulis gunakan untuk menamai blognya. Tampilan warna biru pada blog ini membuat ku semakin nyaman dan tak pernah jenuh untuk membacanya.
Kata-kata yang ia gunakan untuk menyampaikan buah pemikirannya begitu manis terbaca, dan membuat orang yang membacanya seakan ikut merasakan apa yang ia rasa. Setiap tulisan dalam blognya menceritakan tentang mimpinya untuk mendapatkan seseorang yang ia cintai. Begitu menyentuh, dan kadang membuatku ikut meneteskan air mata. Perasaan cintanya begitu besar, namun entah mengapa ia hanya berani menyampaikannya lewat barisan kata. Satu hal yang menjadi pertanyaan besar di kepalaku. Padahal jika saja ia mau menyatakan perasaannya itu, wanita yang ia maksud tentu akan sangat merasa bahagia dicintai sedalam itu. Aku pun tersenyum, membayangkan jika saja aku lah wanita yang beruntung itu.
Aku memukul kepalaku sendiri.‘Mikir apa sih aku?Yoga mau dikemanain??’
Sebelah hatiku yang lain ikut berbicara ‘Yoga? Memangnya dia ingat sama aku? Pasti sekarang dia sedang sibuk dengan pekerjaan tercintanya..’
Ah, aku mengacak-acak rambutku sendiri. Selalu saja terasa pusing jika aku mengingat nama Yoga. Dia pacarku, sudah cukup lama kami menjalin hubungan. Hampir satu tahun lamanya. Namun dalam satu tahun itu juga, hubungan kami terasa hampa (bagiku khususnya). Bagaimana tidak? Yoga begitu mencintai karirnya sebagai seorang jurnalis. 14 Februari besok adalah tepat satu tahun kami jadian. Terdengar romantis memang memiliki hari jadi bertepatan dengan hari valentine. Namun tentu saja tidak bagiku. Waktu itu kami hanya kebetulan jadian pada tanggal 14 Februari. Bahkan kami sendiri pun tidak menyadari bahwa hari itu adalah hari valentine. Proses kami dalam memutuskan untuk menjalin hubungan cukup singkat. Aku pertama kali bertemu dengan Yoga di kantornya. Saat itu aku yang kuliah di jurusan broadcast melakukan kunjungan ke tempat Yoga bekerja. Aku salah satu dari tiga orang terpilih yang datang kesana karena artikel yang aku buat menang dalam perlombaan menulis artikel tentang cinta lingkungan yang diadakan oleh perusahaan tempat Yoga bekerja. Yoga adalah salah satu juri yang memeriksa tulisanku, kemudian sejak saat itu kami dekat dan tidak lama kemudian kami jadian. Usiaku dan Yoga terpaut 3 tahun. Sebenarnya Yoga adalah sosok yang baik, namun begitu misterius bagiku. Ia adalah sosok yang sulit ditebak, kadang penuh perhatian namun lebih sering mengacuhkan ku dengan rutinitas pekerjaannya sebagai seorang jurnalis. Aku tahu pasti bagaimana sibuknya pekerjaan seorang jurnalis, namun melihat dari sudut pandang wanita, tentu aku juga butuh diperhatikan sebagai seorang kekasih.
Aku sedang menempuh semester akhir kuliahku, sehingga saat-saat jenuh menyusun skripsi seperti sekarang, aku mengalihkan perhatianku dengan ‘bermain-main’ dengan dunia maya. Laptop berwarna putih yang ada di hadapanku sekarang ini adalah kekasih kedua setelah Yoga. Tentu saja, aku selalu melampiaskan segala yang aku rasakan dalam laptop ini. Ia membantuku menyusun skripsi, menulis kegundahan, bermain games, dan yang paling aku suka yakni berselancar di dunia maya. Halaman web yang wajib aku kunjungi setiap harinya adalah blog. Sekali lagi, disinilah tempatku berkeluh kesah, berekspresi sesukaku sehingga dapat sedikit meringankan beban-beban fikiran yang kadang aku rasakan. Di tempat ini pula aku bertemu dengan pangeran mimpiku. Ya, pangeran mimpi adalah nama panggilan yang aku berikan untuk menyebut nama sang penulis blog yang begitu membuatku jatuh cinta itu. Seringkali aku tertawa dalam hati saat menyadari bahwa aku sedang mengagumi orang yang bahkan aku sendiri tak tahu bagaimana wujudnya. Lagipula, aku sudah punya Yoga yang meskipun selalu sibuk, bagaimanapun ia tetap kekasihku.
Tiba-tiba saja perasaan rindu menyergap, aku meraih ponsel yang berada tak jauh dari tempat aku duduk. Dengan cepat ku cari panggilan keluar dan nama Yoga ada di barisan paling atas. Entah kenapa, tiba-tiba aku ingin sekali menelepon dia. Padahal aku tahu ini masih jam kerja.
Beberapa saat nada sambung terdengar.
“Halo..” sapa suara yang begitu khas di telingaku.
“Mas, lagi ngapain?” jawabku cepat dengan wajah berseri. Senang rasanya mendengar suaranya. Beberapa hari terakhir kami hanya berkomunikasi lewat pesan singkat.
“Ya lagi kerja lah vi..” jawab Yoga dengan nada bicara yang datar.
Aku memajukan bibirku beberapa mili mendengar tanggapan dari Yoga yang terdengar kurang senang menerima telepon dariku. “Lagi sibuk ya?” nada bicaraku berubah, tak lagi ceria seperti sebelumnya.
“Iya Livi, kamu ada apa tumben telepon? Aku banyak pekerjaan yang harus dikerjakan malam ini juga”
“Aku.. Aku kangen” suaraku semakin melemah.
Yoga tidak merespon perkataanku. Dia justru terdengar sedang berbicara dengan rekan kerjanya. “Vi, Livi, sudah dulu ya. Aku dipanggil atasanku”
TUT TUT TUT
Telepon terputus begitu saja. Bahkan ia pun belum tahu apa tujuanku menelponnya sore ini. Kuletakkan kembali ponselku, dan mataku kembali sibuk menyusuri satu demi satu kalimat dalam blog pangeran mimpi yang teruntai di hadapanku.
***
Ketika untaian kata saja tak cukup untuk menggambarkan betapa besar cinta di hati, mungkin cinta dalam diam juga tak begitu sempurna. Namun dewi cinta pun tahu besarnya rasa ini. Aku tak ingin membuat ia iri dengan mencurahkan segala rasa ku dalam asa. Yang mencintai adalah hati. Jiwa hanya sebagai pelengkap dari perwujudan dunia yang fana. Lalu mengapa harus mewujudkannya? Cukup hati yang merasakan. Aku mencintainya dengan sungguh.
Aku tersenyum kagum membaca sepenggal tulisan dalam blog pangeran mimpi. Hampir lima hari aku tak memiliki waktu untuk menulis di blog atau sekedar untuk membuka blog milik pangeran mimpi. Beberapa hari terakhir ini aku disibukkan dengan jadwal konsultasi dengan dosen pembimbing skripsiku. Namun akhir pekan ini aku memutuskan untuk kembali menikmati duniaku di hadapan laptop. Aku ingin membaca beberapa posting yang terlewati dalam blog pangeran mimpiku.
Aku hampir hafal dengan jadwal posting sang pangeran. Ia selalu mengupload tulisannya setiap jam 1 dini hari. Hampir setiap hari ia selalu menyempatkan untuk menulis sesuatu dalam blognya, meski hanya beberapa kalimat seperti yang aku baca barusan. Namun ternyata dari lima hari yang terlewati, hanya ada satu buah tulisan. Empat hari terakhir ia tidak menulis dalam blognya. Rasa penasaranku tiba-tiba muncul. Iseng-iseng ku buka profil di blognya dan ada alamat email tertera disana.
Aku begitu mengagumi pangeran mimpi. Aku ingin sekali mengenalnya lebih dekat, berharap ia mau membagi ilmu menulisnya padaku. Entah nekat atau apa, malam itu aku memberanikan diri untuk mengirimkan surat elektronik kepadanya. Entah alamat email yang ia tuliskan di profilnya benar atau salah, namun tak ada salahnya mencoba. Daripada terus memendam tanda tanya dalam diam.
Berulang kali aku kesulitan memulai kalimat yang sesuai untuk memberitahukan siapa aku dan apa maksudku mengiriminya surat elektronik ini. Namun kemudian aku mulai menulis tanpa memikirkan apakah kalimat yang ku tulis dapat dipahami olehnya atau tidak.
Love to read your blog
From : livilivia@ymail.com
Date : Sun, 6 Feb 2011 21:35:02
To : dreamer@ymail.com
Hai, aku salah satu idolamu loh. Mungkin kamu bingung kenapa aku berani mengirim email ini. Tapi, sudah enam bulan terakhir ini aku sungguh takjub dengan segala hal yang kamu tulis dalam blog Mimpi mu itu. Aku kagum sekaligus penasaran bagaimana kamu bisa menulis seindah itu? Aku juga suka menulis, tapi tak seindah tulisanmu. Pasti begitu beruntung ya wanita yang menjadi inspirasimu itu.
Tapi aku kecewa, kemana kamu empat hari terakhir ini? Tak ada lagi tulisan baru dalam blog mu. Layaknya obat-obatan terlarang, mungkin aku sudah kecanduan dengan tulisan dan sajak-sajak mu. Izinkan aku belajar darimu bagaimana menulis seindah kamu. Aku tunggu balasan darimu, dan aku harap kita bisa berteman J.
Satu helaan nafas panjang mengakhiri rangkaian kata-kata yang aku buat dalam surat untuk pangeran mimpi. Entah apa tanggapan yang akan ia berikan, namun aku berharap tanggapannya akan positif. Setidaknya ia mau membalas surat elektronik dariku kemudian yang lebih menyenangkan lagi, kita bisa mulai berteman. Aku hampir tak sabar membayangkan balasan darinya. Lagi-lagi aku senyum-senyum sendiri di hadapan laptopku.
***
Hari demi hari berlalu, setiap malam aku selalu duduk di hadapan laptop sambil menunggu, berharap ada pesan balasan dari pangeran mimpi. Namun hari ini tepat tujuh hari setelah aku mengirimi surat elektronik kepada pangeran mimpi, namun hingga kini balasan darinya tak kunjung datang. Mungkin pangeran mimpi itu hanya akan jadi mimpi untukku. Jam digital di sudut laptop menunjukkan angka 23:45. Lima belas menit lagi hari akan berganti. Esok adalah hari kasih sayang, tentu saja bagi orang yang mau merayakannya. Aku ingat betul, berarti esok tepat satu tahun aku berpacaran dengan Yoga. Namun apalah arti tanggal 14 Februari bagi seorang Yoga? Apalagi besok adalah hari senin, tentu saja ia akan disibukkan dengan segala aktivitasnya di kantor. Aku sudah hampir mati rasa untuk menghadapi sikap dingin Yoga. Kalau saja ada keajaiban datang, mungkin ia akan datang memberikan ku kejutan kecil dalam hari jadi kami esok, namun kemungkinannya sangat kecil, aku pun tak mau berharap banyak.
Mata ku mulai tak sanggup lagi untuk dibuka, berulang kali aku coba menahan serangan kantuk, aku masih begitu berharap pangeran mimpi akan membalas pesan elektronik yang aku kirimkan kepadanya. Setidaknya, jika Yoga tak bisa memberikanku senyum di hari spesial kami, aku akan sangat senang jika mendapatkan teman baru untuk berbagi. Namun pangeran mimpi pun tak kunjung membalas suratku. Atau mungkin pangeran mimpi memang tak akan pernah datang.
***
Sinar matahari menyelinap dari sela-sela jendela kamarku yang telah terbuka. Mungkin Mama yang telah membukanya tadi pagi. Aku menggeliat malas di atas tempat tidurku. Aku mengusap-usap mataku. Saat aku membalikkan tubuhku, ternyata sejak semalam laptopku lupa aku matikan. Kupegang, sisinya begitu panas. Hampir enam jam kubiarkan ia terus menyala. Untung saja tidak terjadi apa-apa. Dengan mata yang masih mengantuk aku berusaha meraba mouse untuk mematikan laptop yang sudah berjam-jam kubiarkan menyala itu. Namun rasa kantukku tiba-tiba menghilang saat melihat notifikasi di sudut laptopku. Ada 2 buah email baru yang belum aku baca. Dengan jantung berdebar aku membuka halaman email masuk. Degupan jantungku terasa semakin cepat saat melihat salah satu pesan tersebut berasal dari alamat dreamer@ymail.com
Proses loading kemudian terasa begitu lama. Aku sudah tidak sabar ingin membaca isi pesan yang dikirimkan oleh pangeran mimpiku. Tidak lama kemudian, pesan pun terbuka.
Re : love to read your blog
From : dreamer@ymail.com
To : livilivia@ymail.com
Sudah baca posting terbaru di blog ku?
From : dreamer@ymail.com
Date : Mon, 14 Feb 2011 01:03:53
To : livilivia@ymail.com
Subject : love to read your blog
Jantungku terasa mau lepas dari rongga dada ini. Penuh harap hampir satu minggu aku menunggu balasan surat ini, namun tak lebih dari satu baris kalimat yang ia tulis dalam balasan emailnya. Aku menjadi gemas dengan sang pangeran yang begitu bisa membuat jantungku menjadi berdebar-debar.
Dengan cepat aku mengetikkan alamat blog sang pangeran mimpi dalam halaman web. Kembali harus menunggu proses loading. Aku mengacak-acak rambutku yang memang masih berantakan. Perasaan hatiku begitu berkecamuk antara penasaran, senang, gemas, dan entah apa lagi namanya.
You’re my inspiration
Untuk yang bertanya-tanya siapa yang menjadi inspirasi dalam setiap tulisanku selama ini. Yang pasti ia bukan saja inspirasiku dalam menguntai kata-kata, namun ia juga inspirasi bagi hidupku, setiap laku ku dalam menghadapi kehidupan. Ia adalah wanita dalam hidupku. Yang selalu memberikanku semangat dan nafas untuk terus hidup. Di sela-sela rutinitas ku yang seringkali menyita waktu. Ia tak pernah mengeluh. Dan aku percaya ia tetap begitu mencintaiku. Hingga hari ini tepat satu tahun hubungan kami berjalan. Terima kasih untuk inspirasiku. Terima kasih untuk cinta dan kasih sayang mu yang tak pernah putus. Terimakasih Livia Anisya. Temani aku, selamanya.
Love, Yoga Prananda
Kelopak mataku tak sanggup lagi menahan butiran air mata. Apakah ini mimpi? Apa yang ada di hadapanku sekarang? Pangeran mimpi yang selama ini aku impi-imipikan berada begitu dekat dengan hidupku. Tidak, ini pasti hanya mimpi. Berkali-kali aku mencubit lenganku, namun memang terasa sakit. Apa ini? pasti hanya lelucon. Yoga meminjam akun sang pangeran mimpi kemudian dia mengaku-aku menjadi pangeran mimpi. Aku kenal Yoga. Satu tahun kami berpacaran, dari caranya mengirimiku pesan singkat saja sangat berbeda dengan setiap kalimat yang dirangkaikan pangeran mimpi selama ini. Tidak, ini pasti mimpi.
Aku mematikan laptopku, aku berfikir aku sudah mulai berimajinasi terlalu tinggi. Mungkin laptopku sudah terlampau panas sehingga ia membuka dokumen yang ngawur. Baru saja aku ingin beranjak dari tempat tidurku untuk keluar dari kamar dan sekedar mencari udara segar, namun ponselku berbunyi. Nama ‘Yoga Prananda’ tertera di layar. Tak seperti biasanya tanganku gemetar melihat telepon dari yoga. Jantungku pun kembali berdegup kencang.
Aku mulai mengatur nafas untuk sekedar mengeluarkan kalimat sapaan kepada Yoga.
“Ha..lo”
“Livi?” suara Yoga terdengar bingung.
“Iya ini aku..”
“Kamu, sedang apa?”
Astaga, aku fikir dia ingin menanyakan perihal blog pangeran mimpi itu. Benar saja, mungkin kejadian tadi benar-benar hanya imajinasiku saja. “Aku baru bangun”
“Oh, pantas..”
“Pantas kenapa?”
“Pasti kamu belum baca sms dari aku ya?”
“Belum, memang kenapa?”
“Bacalah dulu. Dan siap-siap ya, hari ini aku mau ke rumah mu”
Belum sempat bertanya lebih lanjut, telepon pun terputus.
Aku memandangi layar ponselku. Ada satu pesan baru dari Yoga, dikirim jam 1 tadi pagi.
Akhirnya kamu menyadari bahwa itu aku. Aku menuliskan segala mimpiku untuk hubungan kita dalam blog itu. Aku mungkin bukan lelaki pemberani yang bisa mengungkapkan perasaanku secara langsung. Aku pun hanya menunggu sampai kamu sendiri yang akan menemukan blog itu. Dan jalan Tuhan menunjukkannya. Satu tahun, aku sangat senang akhirnya kamu tahu dengan sendirinya betapa besarnya aku mencintaimu. Terimakasih untuk segalanya. Happy anniversary dear...
From : Yoga Prananda
Ya Tuhan, jika saja Yoga ada di hadapanku saat ini, aku akan langsung melompat ke dalam pelukannya. Ternyata benar, pangeran yang selama ini begitu aku kagumi, telah aku miliki. Dia pangeranku. Bukan lagi pangeran mimpi. Namun ini nyata. Terima kasih Tuhan! J
***
“Livi, ada Yoga di ruang tamu” Mama menghampiriku di kamar. Aku sedang merapihkan diriku di depan cermin. Aku ingin tampil spesial di hadapan Yoga hari ini.
“Iya Ma, sebentar lagi Livi selesai” Aku tersenyum.
“Cantiknya anak Mama” Mama mengelus rambutku. Aku kembali tersenyum.
Yoga duduk di ruang tamu. Aku menghampirinya malu-malu. Saat duduk di sampingnya, ia menyadari kehadiranku kemudian memandangiku dari atas hingga ke bawah.
“Pangeran mimpi, kita mau pergi kemana?” aku menggodanya manja.
Yoga memasang tampang bingung dan mengerutkan dahinya tak mengerti. Ia tak pernah tahu aku menjulukinya pangeran mimpi. Pangeran khayalan yang kini sudah menjadi kenyataan. Ternyata berlama-lama di depan laptop dengan berselancar di dunia maya tidak selalu berdampak negatif. Contohnya aku, aku bisa menemukan kenyataan yang mengejutkan sekaligus menggembirakan dari dunia maya ini. Aku bisa menemukan pangeran ku. Aku takkan lagi menilai orang hanya dari satu sisi saja. Hari ini Yoga sengaja meminta cuti di kantornya, ia begitu senang akhirnya setelah satu tahun, aku menyadari perasaan yang ia ungkapkan dalam dunia maya.Yoga yang aku kenal cuek selama ini, ternyata begitu manis. Yoga, pangeran mimpiku.
Kami menikmati tanggal 14 Februari terindah dalam hidupku. Dalam dunia nyata, Yoga memang tak semanis di dalam blog nya, namun aku tetap mencintainya. Karena aku juga yakin dia begitu mencintaiku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar